Selasa, 02 Oktober 2012

Sepotong Rindu untuk Masa Lalu

Detik berganti lebih cepat dari biasa. Atau, perasaanku saja?
Aku muak bermain-main dengan perasaan.
Ketika cinta menyusup entah darimana, dan singgah sesukanya.
Mengaburkan logika. Cacatkan fakta.
Ternyata, ini bukan lagi soal guratan luka -yang bahkan belum sembuh sempurna.
Ini tentang sepotong rindu, untuk masa lalu.
Aku pandang langit yang terbentang. Kita berada dalam satu payungan, kan?
Kenangan tak pernah benar bisa diabaikan.
Aku rasakan betapa secuil kenangan, mampu beri guncangan besar.
Saat ia menarikku kembali pada satu masa.
Dimana alasan dibalik tawamu adalah aku.
Dimana rahasia garis senyummu adalah aku.
Dimana pelengkap spasi jemarimu adalah aku.
Terjerat dalam pelukan masa lalu.
Sorot matamu masih sama. Masih sukar dibaca.
Entah apa masih juga terpecik dusta.
Karena kita saling pandang, namun tak lagi saling tatap.
Untuk kali ini, maukah kamu pasang telinga?
Jangan sumbat dengan benci, juga gengsi.
Kamu pantas khawatir, tapi tenangkan dirimu.
Aku sangat sadar diri.
Aku hanya ingin menyuarakan, membiarkan hati ambil andil.
Cukup sederhana. Aku, rindu kamu.
Tertawalah. Tak jadi masalah.
Memang itu yang kurindukan; gejolak tawamu karena aku.

0 komentar:

Posting Komentar