Senin, 02 Oktober 2017

Aku dan Sastra Perancis

Teruntuk siapa-siapa saja yang ingin tahu.

Sastra. Aku tentu tidak tahu persepsi dan pengertian apa yang melayang-layang di kepala semua orang ketika mendengar (atau membaca?) kata tersebut. Meskipun, menurutku sih, aku sudah tahu secara umum gambaran jawaban pertanyaan itu bagi sebagian besar orang.

Agar tidak terlalu asing mari kukenalkan singkat latar belakangku. Aku mahasiswa jurusan Sastra Perancis; di mana? Di salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Setidaknya tiga setengah tahun aku sudah menempuh dan menimba ilmu hingga akhirnya mendapat gelar sarjanaku. Ah, rindu juga ternyata.

Apa sih alasanmu memilih sastra? Dan, Sastra Perancis?

Bukan satu-dua lagi yang bertanya demikian, ah, setelah kurenungkan lagi ternyata hampir setiap orang yang kutemui memiliki pertanyaan yang sama. Sastra. Ya, kutahu. Pasti dikaitkan tidak jauh-jauh dari buku, membaca, penulis,... atau “mau jadi apa, memang kerjanya apa nanti?”. Dari tersinggung-sakit-hati sampai tidak terasa apa-apa lagi–karena sesering itu.

Oh, iya. Mari kembali ke pertanyaan sebelumnya. Alasanku memilih jurusan sastra? Alasan dangkal ketika sekolah: aku tidak suka matematika dan ingin mengakhiri hubunganku dengan rumus-rumus segitiga. Tidak, bukan itu, ya, benar sih. Alasanku, karena ketika naif semasa sekolah dulu, aku selalu mencintai sastra, seperti keterikatan kata dalam rima puisi, peran dalam drama, serta cerita-cerita mengais emosi dalam novel. Ketika itu, aku ingin jadi salah satunya. Ya, bisa dilihat dari cerita ataupun tulisanku di blog ini. Sejujurnya, sejak sekolah dulu aku berencana menerbitkan novelku sendiri. Namun demikian, apa daya, aku kehilangan esensi penulisan dalam benih novel tersebut. Kukira, waktu berperan dalam mengubahku sehingga aku merasa bukan aku. Imbasnya, sampai detik ini pun novel itu tak pernah menemui akhirnya.

Kemudian, kenapa Perancis? Sebelumnya, niatku adalah memilih Sastra Inggris. Namun, sekeras apapun aku berusaha melewati percobaan ujian ketika itu, ternyata tak sampai pula. Ah, tidak. Justru, ketika itu aku menemukan keinginanku sebenarnya. Berawal dari nama Napoleon Bonaparte (kalau kalian tidak tahu bisa kupastika ketika pelajaran Sejarah pasti kalian tidur!) yang kupelajari latar belakangnya saat hendak ujian. Gambaran dan budaya tentang Perancis pada masa itu menarik perhatianku. Mungkin, aku terlalu banyak menyimak Disney sewaktu kecil, sehingga istana-istana dalam khayalanku terbuat dari kaca atau bahkan kue dan permen. Namun, dari sinilah, aku suka kehidupan istana dan kerajaan. Ah, gak nyambung! Intinya, aku suka Eropa; budayanya, bangunan-bangunannya, bahasanya... Salah satu cita-citaku adalah aku ingin dapat menguasai bahasa sebanyak-banyaknya. Perancis, tentu salah satunya. Ditambah lagi, Perancis masuk ke dalam deretan bahasa yang paling sulit dipelajari. Bukankah itu terdengar seperti hal baru yang menantang dan dapat kau banggakan? Ya, setidaknya menurutku sih. Oh iya, ketika aku berniat menerbitkan novelku, aku memilih judul dalam bahasa Perancis. Entahlah, mungkin memang sudah takdir.

Kira-kira seperti itulah alasan yang berperan. Kemudian, seperti yang tertulis di paling awal; untuk siapapun yang ingin tahu (ya, kalau tak ingin tahu ya sudah ndak apa-apa dilewat saja). Mungkin, bila ada yang membaca, seperti adik-adik manis yang baru lulus, adik-adik yang penasaran tentang sastra khususnya Perancis, atau yang hanya sekedar membunuh waktu dengan berselancar di internet, tulisan ini bisa membantu.

Pertama-tama yang ingin aku sampaikan, jika kalian memilih dan telah diterima di jurusan Sastra Perancis, berbanggalah. Kalian patut membanggakan pencapaian kalian, bukan? Tidak ada salahnya berbangga untuk itu. Misalnya, jangan terlalu menanggapi tanggapan orang tentang jurusan kalian. Kalian lebih dari apa yang mereka pikirkan! Bahkan, di luar negeri pun orang-orang sastra justru dianggap tinggi. Tetapi, jangan berlarut-larut berbangga sampai lupa dan tidak belajar dengan sungguh-sungguh ya! Seperti yang kukatakan sebelumnya, bahasa Perancis merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari, aku tidak main-main, kalian harus sungguh-sungguh, punya komitmen kuat, dan rajin untuk tetap bertahan. Meskipun harus serius, bukan berarti kalian tidak bisa bersenang-senang ya, tentu bisa! Kalau tidak, kasihan otak juga, kan.

Kuliah sastra bukan hanya tentang membaca dan menulis. Sebagian besarnya, memang benar. Namun, selain itu dipelajari juga sejarah, sosial dan budaya, dan lain-lain. Intinya, menyenangkan! Mungkin karena aku sangat mencintai hal-hal tersebut. Kemudian, tentu mempelajari mengenai bahasa, seperti tata bahasanya sampai cara memahami dan menganalisis sebuah teks. Kemudian, apa yang telah dipelajari diterapkan langsung dalam percakapan. Percayalah, itu semua menyenangkan baik proses hingga kalian benar-benar memahami! Semua butuh proses dan cintailah proses tersebut.

Kukira aku akan menutup tulisan ini sampai di sini. Yang bisa kukatakan, jangan biarkan pandangan orang lain melemahkan kalian. Ilmu apapun aku selalu yakin takkan ada yang sia-sia dan pasti bermanfaat. Jadi, selalu lakukan terbaik untuk hal apapun!

Salam,


*p.s. Aku terbuka dan senang hati bila ada pertanyaan yang berkenan.