Jumat, 14 September 2012

Galau Jurusan

Aku punya pilihan. Tetapi, mengapa aku memilih yang membuatku tersiksa?

            Dalam hal ini, soal jurusan. Ya. Aku memilih ipa, dan aku tersiksa.
            Otakku bekerja sangat keras. Menghafal rumus-rumus rumit. Bermain dengan logika. Menghitung sesuatu yang absurd. Coba bayangkan, adakah manfaat dari mengukur kecepatan mobil saat ia akan menabrak seorang anak kecil? Atau bahkan, menghitung berapa tebal dari sebuah gelembung? Apa hanya aku yang berpikiran ini adalah hal gila?
            Tak ada yang bisa dilakukan. Nasi sudah menjadi bubur. Aku pun sudah terlanjur tercebur. Ke lautan para ilmuwan bermula.
            Kadang aku iri pada mereka, yang ketika ditanya “mau lanjut jurusan apa?” akan menjawab “gue Kedokteran” “kalo gue sih, Kimia Murni” “Keperawatan atau Kebidanan kayaknya” “Tekhnik Sipil dong” “Pendidikan Matematika, atau Statistika, atau apapun tentang matematika” dan segudang jawaban lain, yang mengacu dan sejalur dengan jurusan kami; ipa.
            Tadinya, aku juga bercita-cita jadi dokter. Ya, seperti kebanyakan anak-anak saat ditanya apa cita-cita mereka. Tapi saat aku lihat kenyataan –otakku dan biaya kuliah– aku buang jauh cita-cita masa kecilku itu.
            Silahkan tanya padaku pertanyaan tadi. Aku akan menjawab, “Hubungan Internasional, kalau nggak ya Sastra Inggris.”
            Aku ingin sekali menetap di Inggris. Banyak orang ingin ke Paris, tapi aku lebih memilih Inggris. Entahlah, nuraniku yang memilih. Atas latar belakang itu, tercipta impian untukku menjadi Duta Besar di Inggris. Menjalin hubungan diplomasi negara yang aku cinta dengan negara yang aku kagumi. Ah, such a beauty dream on hard reality.
            Galau jurusan! Entahlah, mungkin keyakinanku masih bisa berubah. Seiring dengan kenyataan yang makin menampakkan diri. Biarlah aku terima julukan ‘pengkhianat ipa’ kalau demi tercapainya impian besarku.
            Aku minta do’a kalian ya. Semangat untuk anak kelas 12 di luar sana! Dan, yang bernasib ‘salah jurusan’ sepertiku, jangan patah arah ya. Semangat!

6 komentar:

Aul Howler's Blog mengatakan...

banyak bgt lho yg di SMA mengalami hal ini.

aku sndiri. suka bgt pelajaran bahasa inggris. mau masuk sastra inggris. tapi berhubung di SMA ngambil IPA...

jadinya pas SNMPTN ngambil IPC dehh.
biar bisa ngambil jurusan sastra inggris.

tapi namanya nasib yaa...
nggak dapet. dapetnya di Fakultas Kesehatan masyarakat.

awalnya sih batin menolak.
jiwa berontak.
rasanya salah masuk

eh tapi setelah dijalanin setahun lebih ini...
syukurlah

skr merasa beruntung banget bisa masuk situ


hehehe
^^

Neneng Rostiana mengatakan...

Emang anak jurusan IPA nggak bisa ngambil IPS, Kak? Jadi, pilihan waktu SNMPTN-nya dua-duanya jurusan IPS?
Aku bener-bener bingung banget harus ambil jurusan apa, Kak. Sedih rasanya, masa depan sendiri aja masih bingung -_-

Unknown mengatakan...

kayanya nasib kita sama deh,aku pengen bgt ambil HI ataupun sastra inggris tapi uda kejebak deluan di IPA . mau ngambil undangan,tapi harus jurusan IPA,sedangkan sastra inggris IPS . makin keujung SMA,makin galau -_-

Neneng Rostiana mengatakan...

Iya, Ory. Kalau sastra masih bisa untuk anak IPA, tapi chance buat diterima masih kalah sama anak IPS.
Alhamdulillah aku udah yakin nih sekarang. HI dan Sastra Inggris! Mau nggak mau lewat SBMPTN :) Ayo, Ory juga ya.

Unknown mengatakan...

Aku juga jurusan IPA tapi baru nyadar sekarang pas udah kelas XII kalau minatnya di Sastra Inggris dan Manajemen. Well, itu gak ada hubungannya sama sekali sama IPA. Bingung. Galau. :/:/

Neneng Rostiana mengatakan...

Hai, Nurul. Hahaha iya itu wajar kok. Banyak di luar sana yang merasa kayak gitu. Kalau memang udah minat, diniatin aja. InsyaAllah, jurusan nggak ada masalah :)

Posting Komentar