Minggu, 30 Juni 2013

Bandingkan, Hati Besi

Daun gugur diam-diam
Peluh hujan, memeluk erat
Tangkai kesepian yang ditinggal jatuh
Tapi, daun gugur tetap diam

Tanah kering retak-retak
Debu, sari-sari kayu,
Mengisi lubuk hampa yang dulunya landai
Tapi, tanah yang kering tetap retak

Angin muson mencumbu batu
Gagah batu tak bergeming,
Juga tak merintih, merajuk, atau mengiba
Dan, angin muson tetap mencumbunya

Lalu, mengapa pemuda,
Berhati besi, pergi bagai lebah,
Yang tak punya harga diri
Melihat bunga tak mau mekar,
Di mana sengat terbaiknya?

Menyedihkan,
Alam pun menertawakan

Minggu, 16 Juni 2013

Ini akan jadi salah satu “pertarungan terbesar” dalam hidup saya. Apa terdengar hiperbola? Ah, tidak. Beribu, bahkan beratus-ratus ribu orang dalam satu arena. Demi tujuan serta mimpi-mimpi mereka masing-masing. Dan saya salah satunya.

Berbulan ke belakang saya terus membunuh waktu saya memikirkan apa yang terjadi di sana, apa saya termasuk yang mati? Namun, tentu saya tak hanya berdesakkan dengan angan-angan; yang manis maupun yang pahit. Tidur malam saya hampir tak pernah tenang. Asam-manis tiap-tiap “senjata perang” sudah saya siapkan, insyaAllah sudah semampu otak saya menahan, setidaknya bila pun nanti kabar paling buruk mendarat di pendengaran saya, mudah-mudahan saya mampu berlapang dada.

Apa pun, tentu semua orang inginkan yang terbaik di tiap langkahnya. Begitu juga saya. Harapannya, saya dapat menjadi pemenang, dari ratusan ribu orang yang sangat beruntung di alam liar, tapi saya tahu Tuhan lebih tahu saya lebih dari saya sendiri. Saya yang memilih, tapi Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik.

Semoga saya mendapatkan yang terbaik. Amin.