Kamis, 25 Juli 2013

Ketika kamu harus mengubur dalam-dalam mimpi yang kausimpan dengan rapi, mungkin itu saat kamu berada di titik terendahmu. Rasa keputusasaan datang diam-diam saat kamu termenung sendiri, hanya saja, jangan biarkan ia mengendalikanmu! Ah, bicara memang mudah…
            Aku melihat sepotong lilin. Di sana, di ujung jalan. Jalan yang sekarang gelap gulita; aku bahkan tak dapat melihat setitik cahaya pun. Lilin itu menampakkan cahaya kecil yang terterang di sekeliling hitam.  Menawan.
            Terbuka berjuta pilihan yang ditawarkan dunia untuk kaunikmati. Kadang, kamu memang harus menciptakan mimpi baru. Iya, mimpi baru yang mungkin benar-benar berbeda dari mimpi sebelumnya. Ini hidup bukan dongeng, meski negeri dongeng bahkan kalah indah dengan hidupmu. Kalau kamu bersyukur.
            Semakin aku mendekat, lilin kecil itu semakin berjaya. Mengabaikan angin yang melewatinya dengan tak acuh. Mungkinkah tadi aku mendengar sesuatu darinya, “anggaplah mimpimu itu aku. Meski kecil dan terdampar entah di mana, aku masih bisa bersinar.” Tidak, lilin itu salah. Ia bukan cahaya kecil tanpa semangatnya yang membara. Karena kau dan mimpimu, bisa bersinar kalau kamu memang menginginkannya.