Jumat, 29 Juni 2012

Sesuatu yang Indah Ada Dibaliknya


Akhirnya satu tahun terlewat. Tak terasa, sebentar lagi aku menjajaki bangku kelas 12.
Inilah yang aku tunggu. Ya, akhirnya aku naik kelas.
Tapi... entahlah. Sampai saat ini aku masih merasa, rasanya aku tengah bermimpi.
Ya, aku pasti sedang bermimpi saat ini. Mimpi buruk.
Aku selalu berdoa, agar waktu cepat berlalu.
Aku selalu berdoa, agar aku mudah melupakan semua itu.
Aku selalu berdoa, yang terbaik untukku, keluargaku, sahabatku, dan kamu.
Inikah jawaban dari semua doaku, Tuhan?
Bahkan, aku hampir lupa bagaimana rasa bahagia.
Aku hampir lupa bagaimana rasa senyum tulus.
Aku hampir lupa bagaimana rasa tertawa lepas.
Semua seakan penuh paksaan.
Tapi aku yakin ini yang terbaik. Pasti.
Semua yang aku lalui, yang tengah aku jalani, dan yang akan aku jumpai.
Aku yakin Engkau telah mengatur kebahagiaan di balik semua itu, Tuhan.
Aku yakin ini yang terbaik untukku, Tuhan.
Kalau lah aku harus menyaksikan kebahagiaan mereka dibalik kerapuhan hatiku, aku telah lama ikhlas.
Kalau lah aku harus mendengar renyahnya tawa mereka, aku telah lama ikhlas.
Kalau lah aku harus merasakan hatiku berteriak melihat mereka berdampingan, aku telah lama ikhlas.
Akankah semua ini bertambah lebih buruk lagi, dengan aku harus melakukannya selama satu tahun lagi?
Mati-matian aku melewati semua itu.
Berusaha keras aku membunuh perasaanku itu.
Aku ingin pergi. Aku ingin menjauh. Aku ingin melupakan.
Tapi mengapa ruang dan waktu seakan tak mengijinkanku?
Mengapa kami, aku, kamu, dan wanita itu, disatukan dalam sebuah ruang yang sama?
Mengapa harus kami dari sekian banyak?
Tak pernah aku lakukan lagi aktivitas... haruskah aku menyebutnya sebagai tindakan lemah? Ya, menangis.
Mungkin saat itu, sulit bagiku untuk tak menangis.
Namun saat ini, sulit bagiku untuk menangis.
Sepertinya waktu tlah menempa hatiku menjadi lebih solid.
Sepertinya luka tlah menghabiskan seluruh bulir air mataku.
Sepertinya... entahlah, semua itu mengubah banyak diriku.
Aku menahan semua kumpulan perasaan perih, pedih, genting, menyakitkan, dan tak mudah terlupakan itu tepat dalam hatiku.
Ingin rasanya aku mencurahkan semuanya.
Ingin rasanya aku menumpahkan semuanya.
Ingin rasanya aku menghapuskan semuanya.
Kadang, perasaan sesak menghampiriku.
Tetapi, entahlah, aku tak bisa mengeluarkannya dengan tangisan. Seperti dulu.
Saat aku tahu semua ini akan bertambah buruk, sesak itu berkali-kali lipat lebih teruk.
Ya Tuhan, apa rencanaMu kali ini?
Ya Tuhan, haruskah aku lalui ini, tak bolehkah aku menghindar?
Tapi aku percaya, Engkau takkan memberiku cobaan melewati batas kemampuanku.
Ya Tuhan, ijinkan aku untuk menangis kali ini.
Aku ingin menangis, bolehkah aku menangis?
Tak pelak lagi aku menahan semua ini dalam hatiku.
Tapi aku masih yakin dan percaya, Tuhan, Engkau telah menyiapkan sesuatu yang indah untukku.
Aku yakin....