Senin, 21 November 2011

      Aku tidak apa-apa. Sumpah, jujur, aku yakin, aku tidak apa-apa. Aku tidak pernah memaksa akan hal ini. Karena aku tahu, hal ini bukanlah hal yang pantas untuk dipaksakan. Ya, mungkin, akan terasa sedikit menyakitkan, tapi aku yakin aku bisa melaluinya. Sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku sudah terbiasa dengan semua ini. 
      Jangan khawatirkan aku. Aku lebih khawatir, jika kamu tetap berpura-pura dan merasa terpaksa akan hal ini. Sungguh. Aku tidak mau semua ini dijalani karena paksaan atau tekanan semata. Aku lebih baik merasa sakit, karena itu akan sembuh tak tahu akan lama atau sebentar, daripada tetap berjalan tapi hanya kepura-puraan yang ada. Bukan ketulusan.
      Aku tidak pernah menginginkan air mataku ini jatuh dihadapan orang-orang yang aku sayangi. Aku tidak mau terlihat lemah. Aku pun tidak tahu mengapa air mata ini sulit untuk dikendalikan. Apalagi... ia jatuh tepat dihadapanmu. Aku merasa sangat... lemah. Ya, lemah. Aku terlihat cengeng. Jujur aku tidak mau kamu melihatnya. Tapi mungkin ini jawaban dari segala pertanyaan yang begitu banyak aku simpan. Mungkin aku terlalu lelah menyimpan semua pertanyaan ini.
      Sekarang yang aku tahu pasti, aku... menyayangimu. Tapi. Aku tidak mau berada dalam kepura-puraan. Aku tidak mau kamu merasa terpaksa. Aku lebih baik sakit, ya sakit, daripada melihat kamu yang terpaksa seperti ini. Aku berpikir, mungkin ini salahku juga, yang membiarkan kamu melihatku menangis dihadapanmu. Tapi aku sangat memohon, sangat meminta, sangat berharap, jangan pikirkan aku. Pikirkanlah kepentingan dan kebahagiaanmu sendiri. Aku yakin aku tidak apa-apa. Ya, aku sakit. Tapi aku akan lebih sakit jika kamu berpura-pura akan hal ini, terpaksa akan hal ini, hanya karena kebodohanku, yang membiarkanmu melihat sisi terlemahku, yang membiarkanmu melihat tetesan air ini menetes dari pelupuk mataku.

0 komentar:

Posting Komentar