Senin, 14 Januari 2013

Letter of Untitled

Selamat malam, Hujan yang menghujam keras di atap rumahku tengah malam.
Di sini, mataku masih membuka, menerawang jauh menembus langit-langit kamar bayangkan tiap tetesmu menitik di wajahku.

Selamat malam, Langit yang merintih pilu bersama sedikit keping-keping bintang tengah malam.
How’s life? Kamu masih tertawakan aku yang sembunyi di balik bantal dan selimut tebal karena hujan deras?
Waktu. Apa ia tengah berlari? Langkahnya kilat. Rasanya, baru kemarin tahun pertama sosok penuh pesona itu tampak. Sekarang, tahun kelima?

Terakhir aku lihat, kamu telah meninggi. Seperti pesonamu yang juga meninggi. Kamu masih sama. Seperti aku yang masih sama; begitu memuja dan mencintai pesonamu. Angkuhmu, makin mendingin. Segurat lengkung manis di bibirmu bahkan tak mampu sembunyikan. Setidaknya, mungkin itu memang tertuju hanya untukku.

Selamat malam, Cinta Pertama.
Selamat bertambah usia. Aku tak pernah menginginkan kamu menyadari hadirku. Anggap saja aku angin yang membelai-belai lembut pipimu. Antara nyata dan maya. Apapun bentuknya, semoga kamu dapatkan kebahagiaanmu, mimpi-mimpimu.
Tetap tersenyum ya. Aku tahu kamu musisi hebat. Karena kamu, aku begini.
Untukmu, Cinta Pertama.


Salam,


Aku, pengagum nomor satumu

nb: Just don’t ever try to remember who I am, ‘cause I’m never be the part of your remembrance.

0 komentar:

Posting Komentar