Teruntuk
siapa-siapa saja yang ingin tahu.
Sastra.
Aku tentu tidak tahu persepsi dan pengertian apa yang melayang-layang di kepala
semua orang ketika mendengar (atau membaca?) kata tersebut. Meskipun, menurutku
sih, aku sudah tahu secara umum
gambaran jawaban pertanyaan itu bagi sebagian besar orang.
Agar
tidak terlalu asing mari kukenalkan singkat latar belakangku. Aku mahasiswa
jurusan Sastra Perancis; di mana? Di salah satu universitas terkemuka di
Indonesia. Setidaknya tiga setengah tahun aku sudah menempuh dan menimba ilmu
hingga akhirnya mendapat gelar sarjanaku. Ah, rindu juga ternyata.
Apa
sih alasanmu memilih sastra? Dan,
Sastra Perancis?
Bukan
satu-dua lagi yang bertanya demikian, ah, setelah kurenungkan lagi ternyata
hampir setiap orang yang kutemui memiliki pertanyaan yang sama. Sastra. Ya,
kutahu. Pasti dikaitkan tidak jauh-jauh dari buku, membaca, penulis,... atau “mau
jadi apa, memang kerjanya apa nanti?”. Dari tersinggung-sakit-hati sampai tidak
terasa apa-apa lagi–karena sesering itu.
Oh,
iya. Mari kembali ke pertanyaan sebelumnya. Alasanku memilih jurusan sastra?
Alasan dangkal ketika sekolah: aku tidak suka matematika dan ingin mengakhiri
hubunganku dengan rumus-rumus segitiga. Tidak, bukan itu, ya, benar sih. Alasanku, karena ketika naif semasa
sekolah dulu, aku selalu mencintai sastra, seperti keterikatan kata dalam rima
puisi, peran dalam drama, serta cerita-cerita mengais emosi dalam novel. Ketika
itu, aku ingin jadi salah satunya. Ya, bisa dilihat dari cerita ataupun
tulisanku di blog ini. Sejujurnya, sejak sekolah dulu aku berencana menerbitkan
novelku sendiri. Namun demikian, apa daya, aku kehilangan esensi penulisan
dalam benih novel tersebut. Kukira, waktu berperan dalam mengubahku sehingga
aku merasa bukan aku. Imbasnya, sampai detik ini pun novel itu tak pernah
menemui akhirnya.
Kemudian,
kenapa Perancis? Sebelumnya, niatku adalah memilih Sastra Inggris. Namun,
sekeras apapun aku berusaha melewati percobaan ujian ketika itu, ternyata tak
sampai pula. Ah, tidak. Justru, ketika itu aku menemukan keinginanku
sebenarnya. Berawal dari nama Napoleon Bonaparte (kalau kalian tidak tahu bisa
kupastika ketika pelajaran Sejarah pasti kalian tidur!) yang kupelajari latar
belakangnya saat hendak ujian. Gambaran dan budaya tentang Perancis pada masa
itu menarik perhatianku. Mungkin, aku terlalu banyak menyimak Disney sewaktu
kecil, sehingga istana-istana dalam khayalanku terbuat dari kaca atau bahkan kue
dan permen. Namun, dari sinilah, aku suka kehidupan istana dan kerajaan. Ah,
gak nyambung! Intinya, aku suka Eropa; budayanya, bangunan-bangunannya,
bahasanya... Salah satu cita-citaku adalah aku ingin dapat menguasai bahasa
sebanyak-banyaknya. Perancis, tentu salah satunya. Ditambah lagi, Perancis
masuk ke dalam deretan bahasa yang paling sulit dipelajari. Bukankah itu
terdengar seperti hal baru yang menantang dan dapat kau banggakan? Ya,
setidaknya menurutku sih. Oh iya,
ketika aku berniat menerbitkan novelku, aku memilih judul dalam bahasa
Perancis. Entahlah, mungkin memang sudah takdir.
Kira-kira
seperti itulah alasan yang berperan. Kemudian, seperti yang tertulis di paling
awal; untuk siapapun yang ingin tahu (ya, kalau tak ingin tahu ya sudah ndak apa-apa dilewat saja). Mungkin,
bila ada yang membaca, seperti adik-adik manis yang baru lulus, adik-adik yang
penasaran tentang sastra khususnya Perancis, atau yang hanya sekedar membunuh
waktu dengan berselancar di internet, tulisan ini bisa membantu.
Pertama-tama
yang ingin aku sampaikan, jika kalian memilih dan telah diterima di jurusan
Sastra Perancis, berbanggalah. Kalian patut membanggakan pencapaian kalian, bukan?
Tidak ada salahnya berbangga untuk itu. Misalnya, jangan terlalu menanggapi
tanggapan orang tentang jurusan kalian. Kalian lebih dari apa yang mereka
pikirkan! Bahkan, di luar negeri pun orang-orang sastra justru dianggap tinggi.
Tetapi, jangan berlarut-larut berbangga sampai lupa dan tidak belajar dengan
sungguh-sungguh ya! Seperti yang kukatakan sebelumnya, bahasa Perancis
merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari, aku tidak main-main,
kalian harus sungguh-sungguh, punya komitmen kuat, dan rajin untuk tetap
bertahan. Meskipun harus serius, bukan berarti kalian tidak bisa
bersenang-senang ya, tentu bisa! Kalau tidak, kasihan otak juga, kan.
Kuliah
sastra bukan hanya tentang membaca dan menulis. Sebagian besarnya, memang
benar. Namun, selain itu dipelajari juga sejarah, sosial dan budaya, dan
lain-lain. Intinya, menyenangkan! Mungkin karena aku sangat mencintai hal-hal
tersebut. Kemudian, tentu mempelajari mengenai bahasa, seperti tata bahasanya
sampai cara memahami dan menganalisis sebuah teks. Kemudian, apa yang telah
dipelajari diterapkan langsung dalam percakapan. Percayalah, itu semua
menyenangkan baik proses hingga kalian benar-benar memahami! Semua butuh proses
dan cintailah proses tersebut.
Kukira
aku akan menutup tulisan ini sampai di sini. Yang bisa kukatakan, jangan
biarkan pandangan orang lain melemahkan kalian. Ilmu apapun aku selalu yakin
takkan ada yang sia-sia dan pasti bermanfaat. Jadi, selalu lakukan terbaik
untuk hal apapun!
Salam,
*p.s.
Aku terbuka dan senang hati bila ada pertanyaan yang berkenan.