Tercatat mulai kemarin, kamu takkan kembali; tanpa
sepatah kata, untuk tambahan.
Bukankah aneh, rasanya aku tak tahu kapan kamu
tiba. Biasa-biasa saja, bahkan angin berhembus seadanya. Ulu tak berubah; masih
sama rapuh. Aku masih belum menyadari ada seseorang yang mengetuk pintuku,
bagaimana aku akan membukanya?
Dan aku, tetap tak tahu kapan kamu tiba.
Baru saja aku akan memulai menjelajah alam mimpi,
ketika aku hanya bisa membaringkan peluh dan segelintir luka yang masih
tersisa, tersirat kembali sosokmu yang bahkan bayanganmu sulit kubayangkan,
dan, sebenarnya kapan kamu tiba. Ini bukan tentang hati, apalagi rasa, ya,
mungkin sedikit, tapi aku hanya perlu jawaban atas ketidakjelasan senyumku yang
mengembang sendiri beberapa waktu lalu. Tidak, aku tidak gila. Aku masih
menyukai senja, itu indikasinya.
Tanpa isyarat, kamu mendarat begitu saja. Entahlah,
andai pun aku mengaku semua menyenangkan dan mampu memecah sunyiku, tak ada
yang dapat kaulakukan. Dan andai pun aku gunakan segala kata paling mudah
takkan mampu kaupahami apa yang sudah kutinggalkan sejak lama. Ah, sejak
ketibaanmu mungkin pertama kali yang tersirat dalam otakmu aku cuma gadis yang
terlalu lama sendiri. Mungkin kaubenar, kadang aku merasa sendirian, hanya saja
aku jamin kamu tak mampu bayangkan luka yang kutanggung sendirian itu sampai
nadi dan hatiku kini melumpuh.
Kukira kamu akan tinggal lebih lama. Kukira kamu
akan memahami semuanya. Akhirnya aku tahu kausama, hanya menetap dan singgah
sementara lalu pergi. Menyisakan pertanyaan.
0 komentar:
Posting Komentar