Namun, aku merasa sesuatu yang berbeda. Ada hal lain yang menerobos masuk saat aku berangan tentangmu. Memang, masih menyenangkan. Tapi, jantungku seakan diberi dorongan mendadak hingga mengalirkan darah lebih cepat. Cuaca pun memelukku lebih erat. Entahlah, ini membuat lapangan pikiranku makin luas.
Jika
ada yang harus disalahkan saat rindu berkunjung, ialah jarak. Aku yang egois,
atau memang sebenarnya kamu tak harus pergi jauh demi menuntut ilmu. Ya,
jawabannya yang pertama. Karena, manusia tak berhak melarang mimpi manusia
lain. Dan aku, tak berhak dan tak ingin membatasi mimpimu. Mengapa? Bukannya sudah jelas; aku mencintaimu, Sayang.
Kemarin kulihat awan membentuk wajahmu
Desah angin meniupkan namamu
Desah angin meniupkan namamu
Semalam bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Sungguh.
Bolehkah untuk kali ini aku khawatir padamu melebihi biasanya? 6 bulan lebih
ruang dan waktu memisahkan –sekedar kau tahu– ini tak mudah, Sayang. Terlebih
saat otakku mulai menagih wajah tampanmu. Lalu, mengundang jutaan rindu. Dan
seketika aku jadi pecandu. Pecandu senyummu, tawamu, jailmu, pelukmu. Pecandu
kamu!
Semesta
mencoba mengajakku berbincang. Angin berbisik. Langit meneduh. Alam punya
bahasa sendiri, aku yakin. Entahlah, aku rasa yang ia katakan adalah tentangmu.
Begitulah, karena bagian diriku juga berpikir seperti itu. Menjalin kasih
antarbenua tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku disini, kamu disana. Kamu
juga selalu disini, tapi hanya ketika aku ada dalam dunia mimpi semata.
Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini rasa rindukah atau kah tanda bahaya
Firasat ini rasa rindukah atau kah tanda bahaya
Apa
yang sedang kamu lakukan disana? Pesan darimu tak ada sejak dua hari kemarin.
Ini membuat perasaanku genting, kau tahu? Aku harap kamu baik. Hampir sulit aku
menemukan perbedaan rasa yang tengah singgah. Ini rindu, atau akan ada sesuatu
yang buruk menimpamu?
Perempuan
punya rasa yang lebih peka dari laki-laki. Ah, klise! Dan aku harap ini tak
benar. Setidaknya untuk kali ini. Kamu harusnya mengerti, betapa aku gundah
gulana saat ini.
Sekarang
aku mengerti hati mereka. Mereka yang menyebut ini Long Distance Relationship. Long;
sulit untuk aku menggapaimu. Distance;
mencipta rindu yang jadi pembunuh nomer satu hari-hariku. Relationship; meski demikian, hatiku tetap milikmu, dan aku harap
kamu juga begitu. Tadinya kukira cuma mitos. Ternyata fakta!
Tanpa
sadar air mataku jatuh sendiri. Inginkah kamu tahu yang ada di pikiranku saat
ini, Sayang? Tak muluk, aku menginginkan kehadiranmu disini. Perasaanku berprasangka
hal yang tidak aku, kamu, KITA inginkan akan terjadi. Cepatlah kembali. Agar
spasi antar jari-jemari kita dapat saling mengisi. Lagi.
Cepat pulang,
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk
Cepat pulang,
Cepat kembali jangan pergi lagi....
Cepat kembali jangan pergi lagi....
Inspired by: Marcell - Firasat
0 komentar:
Posting Komentar