Baiklah. Aku sudah terlalu lelah kali ini, ya, menaruh banyak
harapan pada orang lain. Orang lain
yang dengan sadar kutaruh dalam sela-sela relungku.
Selamat menikmati,
Ana. Kausendiri yang membuat dirimu kecewa. Bagaimana caranya, mengatakan pada
dirimu sendiri untuk tak melakukan sesuatu yang kautahu akan melukai dirimu
nantinya, aku tak pernah tahu caranya. Dari dulu. Sulit, aku selalu gagal berdiplomasi dengan hati,
yang jelas-jelas, logikaku ikut berperan bahkan. Untuk apa? Melindungi diriku
(dan hatiku) sendiri, tentunya.
Syukurku, Tuhan masih mengijinkanku berpijak di
buminya dan aku masih diberi kesempatan memberi paru-paruku oksigen segar. Jadi,
apalagi yang kurang? Aku masih ditempatkan di kebahagiaan yang utuh di tengah
keluargaku. Aku pun masih bisa merasakan tertawa dan cerita hangat dari sahabat-sahabat
kesayanganku. Ah, tak semudah itu. Naif, bila kali ini, aku mengatakan tak
menginginkan kehadiranmu. Iya, aku menginginkan kehadiranmu.
Andai kauterka,
siapa ‘kamu’ di sini. Kukira, akan
ada ambiguitas yang takkan kausangka. Maaf, tapi ini kenyataannya, mungkin tak
mudah bagimu untuk mencernanya, namun, aku bisa apa?
Kamu tak perlu
datang jauh-jauh menemui hadirku yang terperosok dari pandangmu, sekarang. Sederhana,
yang kubutuhkan, beberapa kalimatmu yang paling tulus untuk mendoakan yang
terbaik untukku. Itu lebih dari cukup.
Maaf, tapi
kausalah bila kamu membaca ini dan membayangkan aku menulis ini dengan perasaan
tak karuan. Ada rasa berkecamuk dalam ragaku, memang. Ah, kamu tak perlu
khawatir, aku sangat bahagia sekarang. Aku ditemani doa-doa orang-orang yang
kucintai, bagaimana aku bisa tak bahagia. Aku. Sangat. Bahagia.
Hanya saja, aku
sangat berharap kamu sudi merelakan waktumu untuk menyapaku. Dan aku akan jadi
orang paling bahagia di hari ini.
Salam.
2 komentar:
Amankan PERTAMAX dulu
Sebuah goresan yang menyiratkan harapan akan kehadiran dan perhatian dari orang yang kita sayangi. Berat juga kosa katanya. Ada kaya "ambiguitas" nya wowwwwwwwww
Posting Komentar