Aku
selalu gagal mengabaikan rasa untuk tak jatuh cinta dengan pria bermata indah.
That
green shiny eyes.
Mata hijau itu.
Ketika itu, ya, sama seperti
malam-malam lain yang membosankan. Aku duduk di sofa ruang tamu membaca novel
fantasi dengan coklat-coklat kesukaanku dan segelas es jeruk. Suara-suara
berisik adikku kian tak terdengar; mereka sedang tak di rumah. Sambil menonton televisi–mungkin
lebih tepat aku ditonton televisi. Aku membiarkan waktu menikmati langkahnya
pergi.
Astaga.
Sungguh, aku hampir tersungkur di
lantai. Seseorang dengan simpul licik di bibirnya muncul di sana. Dengan gaya
(sok) paham fotografi dan kamera terkalung di lehernya, menyusun rencana akal
bulusnya. Baiklah, itu cuma tipuan, maksudku, lihat bagaimana selanjutnya
wajahnya dipenuhi bulu-bulu dan ekor muncul di belakangnya ketika emosinya
membludak. Namun bukan itu, aku terpaku pada semburat dua bola matanya yang
berwarna hijau apel segar. Dan aku tahu sesuatu, detik itu juga aku jatuh cinta.
Aaron Ashab.
Tak perlu waktu lama untuk mencari
tahu tentangmu. Kau begitu dikenal dijagad youtube. Ah, sial, kenapa baru
sekarang aku tahu. Bukan, aku bukannya merasa ketinggalan zaman, aku hanya
menyesal terlalu terlambat untuk mengetahui ada makhluk serupawan dirimu.
Aku melihatmu di layar televisi.
Memandangi lekat-lekat mata hijaumu.
Menikmati kepura-puraanmu menjadi
ambisius yang hampir gila.
Yes,
and everything about that monkey’s furs…
Sebelum aku jatuh terlelap, suara
merdumu mengalun mengantarkan aku tidur. Juga semua saran-saranmu yang sangat “membantu”
dalam setiap videomu, selalu kunikmati tiap aku menginginkan kau untuk datang
di mimpi-mimpiku; dapat dipastikan kehadiranmu membawa keindahan untuk mimpiku.
Jarakmu hanya beberapa senti di layar kaca hingga aku bisa benar-benar
memelukmu. Tapi, aku sadar jika kau dan aku memang memiliki jarak yang luar
biasa jauh. Lihatlah, memangnya siapa aku? Gadis yang harus kesakitan mendaki
terlebih dulu untuk mencapai puncak tertinggi: mimpiku.
Aku berdoa, sederhana, aku ingin
menemuimu.
Kekuatan doa! Kautahu, Aaron,
beberapa hari setelah itu kebaikanmu dan keluargamu seperti jalan keluar untuk
keinginanku. Kamu mengizinkan kami berkunjung ke istanamu, tempatmu bernaung
dari teriknya udara yang penuh polusi. Dan banjir yang menyerang Jakarta
beberapa bulan lalu.
Sebagian
bilang ini seperti mimpi, tapi, bagiku, ini takdir. Sebuah takdir kecil yang
manis.
Aku berpacu dengan waktu dan panasnya
udara tengah hari, ditambah, tulang-tulangku hampir rontok karena sehari
sebelumnya menjadi upik abu dan supir pribadi mama dan adikku. Ah, demimu,
Aaron, aku tak peduli dengan kerongkonganku yang mengering. Di tengah
perjalanan aku hampir putus asa karena aku tahu takkan sampai tepat waktu. Namun,
aku percaya takdir akan menjadi lebih manis lagi. Lalu, kupu-kupu di perutku
menggelitik dan semakin menjadi-jadi.
Tiba!
Aku di sini, di depan rumahmu. Aku begitu
frustasi di dalam taksi memikirkan hal paling buruk yang akan tejadi, acaranya
sudah selesai, misalnya. Dan, rasa frustasiku makin menjadi ketika kulihat
gadis-gadis keluar dari dalam rumahmu. Kukira acaranya benar-benar sudah
selesai.
Aku duduk di salah satu bangku yang
telah disediakan. Astaga, pukul berapa sekarang, aku lupa kewajiban lima
waktuku. Beberapa detik kemudian, seorang wanita ramah meneriakkan dari dalam
rumah siapa pun yang belum mendirikan shalat boleh masuk. Ya, tentu aku masuk. Dan
baru kutahu yang tadi itu bundamu, Aaron. Sama menawannya sepertimu.
Aku kembali berdoa, sederhana, aku
sungguh-sungguh ingin bertemu denganmu.
Ini hari milikku. Sungguh, Tuhan
menerus mengabulkan harapanku dengan sangat cepat. Aku melihatmu, Aaron! Dengan
kaos hijau tosca panjang yang selaras dengan kedua bola matamu, membuatmu
tampak semakin memesona.
Pesonamu merebak ke penjuru
tiap-tiap sudut pengisi kursi yang hadir di acaranya. Bahkan aku rela berdiri.
Adzan berkumandang.
Akhirnya, setelah seharian berpuasa,
waktu berbuka datang. Aku menikmati hidangan yang telah disediakan. Ah, tidak,
aku tak terlalu berselera. Maksudku, ya, aku tak tega melihatmu yang haus dan
kelaparan masih menghadapi penggemarmu. Sejujurnya, tentu aku ingin, sangat
ingin, di sana, bergabung bersama mereka berfoto-foto denganmu, mengajakmu
berbincang. Tapi aku hanya ingin kamu menyantap semua makanan lezat ini hingga
kenyang tak bisa bergerak bersama kami, ah tidak, bersamaku.
Betapa aku ingin mengatakan semua yang telah aku tulis di
rumah dalam jurnalku–kamu memesona; aku suka mata hijaumu; aku jatuh cinta
padamu. Sial, aku gugup. Gugup!
Aku tak pernah mencintai seseorang
yang tak masuk akal seperti ini. Seseorang yang bahkan tak mungkin jadi nyata
untukku. Tapi, ya, aku menyayangimu.
Entah, aku masih ingin di sana,
menatapmu sedekat ini, senyata ini, tapi malam begitu cepat datang. Akhirnya,
aku pulang, dengan kesan paling manis dari keluargamu.
This is both of us when someone take the photo. Love you! |
Hari
ini, lima belas Agustus, it’s your day,
Man!
Happy birthday, Aaron! May your
greatest wish things come true.
Have an awesome birthday. And I bet
it’s happen, right?
Now you’re 20, I mean, you’re
still 20, and I know all the things that you wish to happen will be happen
soon!
Sekali
lagi, selamat ulang tahun, selamat bertambah umur, di sini aku selalu mendoakan
segala yang terbaik untuk hidupmu, Aaron :)
Made by me. |
Tertanda,
Aku
yang merasa hidup di dunia angan sejak aku tahu aku jatuh cinta padamu.
0 komentar:
Posting Komentar