Ketika
kamu harus mengubur dalam-dalam mimpi yang kausimpan dengan rapi, mungkin itu
saat kamu berada di titik terendahmu. Rasa keputusasaan datang diam-diam saat
kamu termenung sendiri, hanya saja, jangan biarkan ia mengendalikanmu! Ah,
bicara memang mudah…
Aku melihat sepotong lilin. Di sana,
di ujung jalan. Jalan yang sekarang gelap gulita; aku bahkan tak dapat melihat
setitik cahaya pun. Lilin itu menampakkan cahaya kecil yang terterang di
sekeliling hitam. Menawan.
Terbuka berjuta pilihan yang
ditawarkan dunia untuk kaunikmati. Kadang, kamu memang harus menciptakan mimpi
baru. Iya, mimpi baru yang mungkin benar-benar berbeda dari mimpi sebelumnya. Ini
hidup bukan dongeng, meski negeri dongeng bahkan kalah indah dengan hidupmu. Kalau
kamu bersyukur.
Semakin aku mendekat, lilin kecil
itu semakin berjaya. Mengabaikan angin yang melewatinya dengan tak acuh. Mungkinkah
tadi aku mendengar sesuatu darinya, “anggaplah mimpimu itu aku. Meski kecil dan
terdampar entah di mana, aku masih bisa bersinar.” Tidak, lilin itu salah. Ia bukan
cahaya kecil tanpa semangatnya yang membara. Karena kau dan mimpimu, bisa
bersinar kalau kamu memang menginginkannya.
0 komentar:
Posting Komentar