MENANTI
SENJA
Kebun Raya Cibodas: 27/12/2012 (Taken by Ananda Marvian) |
Gemericik aliran air yang terhubung dengan
air terjun Ciismun di
atas gunung menggema indah di telinga. Pepohonan, juga cemara dan pinus, saling
menjulang adu tinggi. Embun menetes manis dari kelopak merah jambu bunga
kamboja. Aku tak henti berdecak takjub mengagumi mahakarya Sang Pencipta.
Tiba-tiba. “Selamat ulang tahuuuun,”
lalu aku menoleh.
Para sahabatku, membawa masing-masing
dua kue mangkuk dengan lilin-lilin kecil. Aku mendekap mulutku sendiri dan
tertawa tanpa suara. Aku menghambur ke pelukan mereka.
“Tunggu! Buat permintaan,”
Aku hendak meniup lilin, dan berhenti
untuk membuat permohonan yang kurapal dalam hati.
Selama tujuh belas tahun aku menetap dan bernapas di dunia. Apa yang aku harapkan? Kau tahu, sederhana. Semacam rasa yang mengekang senyum dan tawamu: bahagia.
Selama tujuh belas tahun aku menetap dan bernapas di dunia. Apa yang aku harapkan? Kau tahu, sederhana. Semacam rasa yang mengekang senyum dan tawamu: bahagia.
Mataku berhenti mencari-cari. Aku
tahu, sosoknya tak mungkin ada dalam kerumunan para sahabatku itu. Aku menghela
napas panjang. Tanpa ketahuan, aku diam-diam menggumam kecewa.
“Maaf, kita udah berusaha mengajak
dia, tapi...”
“Loh, apa sih? Cukup kalian,”
Aku tertawa dan kami berangkulan. Iya,
cukup kalian. Namun, bila ditambah satu orang lagi, pasti lebih sempurna. Sekarang menyenangkan. Hanya sedikit getir. Hampa. Tak punya rasa.
Rindu bak candu; mampu menyiksa
hari-hariku saat aku tak lagi dapat menatap sinar lembut dari matanya,
memandang garis yang menyimpul manis di bibirnya. Sunyi bahkan lebih kejam;
mengakumulasi keping-keping rindu sampai tak berhingga. Ah, haruskah bagian
dari mencintai sesulit ini.
Aku memandang air mancur yang ada di
tepat tengah-tengah danau. Dulu, ada janji yang tersirat dari seseorang di masa
lalu, “aku dan kamu harus ke sini,” begitu katanya. Mungkin, itu hanya angin
lalu yang bahkan terlupakan sama sekali.
Di mana tempat impianmu, menyelam
dengan ikan-ikan di Raja Ampat? Melihat magic
hour di seberang Menara
Eiffel? Memandang langit Kutub
Utara yang penuh aurora?
Tempat impianku sederhana; duduk di
rerumputan tepi danau Kebun Raya Cibodas. Menikmati hembusan udara sejuk,
melihat air yang menyembur indah di tengah danau. Dengannya, pangeran negeri
mimpiku, sambil menanti senja.
nb: Iya, ini tentangmu, seseorang di masa lalu. Aku amat ingin hadirmu waktu itu. Rasaku masih sama, masih seperti yang dulu aku katakan malam-malam saat kamu mau pulang. Wish you were read it.
0 komentar:
Posting Komentar