Aku mengandai kamu akan jadi penyembuh atas lukaku; yang
juga karenamu
Menjadi serpih di antara padatan angan dalam duniamu
Tentang apa yang harus dan tak harus aku abai, kau abai,
kita abai
Gilakah aku, betapa mimpi terus mencumbuku
Paksaku membisikkan pada angin atas inginku
Buatku melukiskan garis senyum indahmu di langit
Keringat tercucur sia-sia demi aku yang terus berjinjit
taruh asa ke tempat tertinggi di bumi
Hingga satu sentuhan lembut, pasti membuatku terhempas
jatuh
Aku melihat setitik sinar buram
Yang permainkan mataku, hingga basah dan merah
Kamu terlalu tipis untuk disebut luka, juga bahagia
Aku meringkuk pedih di kolong garis batas antara nyata
dan fana
Ketika semua mengabur dan menghantam akal sehatku yang
kian pudar
Akan hal –yang mungkin cinta– terus melekat di dinding
rapuh nan perih
Aku mengaku bisa,
Sungguhkah aku bisa?
0 komentar:
Posting Komentar