Renyah tawamu membunuh satu persatu wujud sunyi.
Lembut alunan suaramu hangatkan penjuru ruang hati; yang
nyaris mati.
Jemarimu sentuh lembut pipiku, lantas katakan yang dulu
sering kauucap.
Lalu aku merona -masih sama seperti dulu.
Kita pandang semua yang berlalu-lalang. Tanpa acuh.
Tertawakan pandangan iba yang sarat kejenuhan atas rasa iri.
Tapi tidak ke satu pandang itu; dia yang berparas menarik dan punya segala.
Entah detik mampu menghitung, seketika aku dalam rangkulanmu.
Meramu kembali materi berbahan dasar cinta, berbumbu asa.
Inikah yang aku mau? Sosokmu?
Lalu aku merona -masih sama seperti dulu.
Kita pandang semua yang berlalu-lalang. Tanpa acuh.
Tertawakan pandangan iba yang sarat kejenuhan atas rasa iri.
Tapi tidak ke satu pandang itu; dia yang berparas menarik dan punya segala.
Entah detik mampu menghitung, seketika aku dalam rangkulanmu.
Meramu kembali materi berbahan dasar cinta, berbumbu asa.
Inikah yang aku mau? Sosokmu?
Aku tatap matamu. Kamu tatap mataku. Dan kita lengkungkan
senyum.
Akhirnya, kucicipi lagi rasa bahagia.
Ah! Tunggu dulu. Semua luntur, perlahan menghitam.
Sampai saraf terjerat dan buatku tersadar.
1 komentar:
Blogwalking dulu yaa ... :D
Salam kenal ..
Komentar : Aku suk foto profilmu. Hehehe :)
Posting Komentar