Akhirnya
satu tahun terlewat. Tak terasa, sebentar lagi aku menjajaki bangku kelas 12.
Inilah
yang aku tunggu. Ya, akhirnya aku naik kelas.
Tapi...
entahlah. Sampai saat ini aku masih merasa, rasanya aku tengah bermimpi.
Ya,
aku pasti sedang bermimpi saat ini. Mimpi buruk.
Aku
selalu berdoa, agar waktu cepat berlalu.
Aku
selalu berdoa, agar aku mudah melupakan semua itu.
Aku
selalu berdoa, yang terbaik untukku, keluargaku, sahabatku, dan kamu.
Inikah
jawaban dari semua doaku, Tuhan?
Bahkan,
aku hampir lupa bagaimana rasa bahagia.
Aku
hampir lupa bagaimana rasa senyum tulus.
Aku
hampir lupa bagaimana rasa tertawa lepas.
Semua
seakan penuh paksaan.
Tapi
aku yakin ini yang terbaik. Pasti.
Semua
yang aku lalui, yang tengah aku jalani, dan yang akan aku jumpai.
Aku
yakin Engkau telah mengatur kebahagiaan di balik semua itu, Tuhan.
Aku
yakin ini yang terbaik untukku, Tuhan.
Kalau
lah aku harus menyaksikan kebahagiaan mereka dibalik kerapuhan hatiku, aku
telah lama ikhlas.
Kalau
lah aku harus mendengar renyahnya tawa mereka, aku telah lama ikhlas.
Kalau
lah aku harus merasakan hatiku berteriak melihat mereka berdampingan, aku telah
lama ikhlas.
Akankah
semua ini bertambah lebih buruk lagi, dengan aku harus melakukannya selama satu
tahun lagi?
Mati-matian
aku melewati semua itu.
Berusaha
keras aku membunuh perasaanku itu.
Aku
ingin pergi. Aku ingin menjauh. Aku ingin melupakan.
Tapi
mengapa ruang dan waktu seakan tak mengijinkanku?
Mengapa
kami, aku, kamu, dan wanita itu, disatukan dalam sebuah ruang yang sama?
Mengapa
harus kami dari sekian banyak?
Tak
pernah aku lakukan lagi aktivitas... haruskah aku menyebutnya sebagai tindakan
lemah? Ya, menangis.
Mungkin
saat itu, sulit bagiku untuk tak menangis.
Namun
saat ini, sulit bagiku untuk menangis.
Sepertinya
waktu tlah menempa hatiku menjadi lebih solid.
Sepertinya
luka tlah menghabiskan seluruh bulir air mataku.
Sepertinya...
entahlah, semua itu mengubah banyak diriku.
Aku
menahan semua kumpulan perasaan perih, pedih, genting, menyakitkan, dan tak
mudah terlupakan itu tepat dalam hatiku.
Ingin
rasanya aku mencurahkan semuanya.
Ingin
rasanya aku menumpahkan semuanya.
Ingin
rasanya aku menghapuskan semuanya.
Kadang,
perasaan sesak menghampiriku.
Tetapi,
entahlah, aku tak bisa mengeluarkannya dengan tangisan. Seperti dulu.
Saat
aku tahu semua ini akan bertambah buruk, sesak itu berkali-kali lipat lebih
teruk.
Ya
Tuhan, apa rencanaMu kali ini?
Ya
Tuhan, haruskah aku lalui ini, tak bolehkah aku menghindar?
Tapi
aku percaya, Engkau takkan memberiku cobaan melewati batas kemampuanku.
Ya
Tuhan, ijinkan aku untuk menangis kali ini.
Aku
ingin menangis, bolehkah aku menangis?
Tak
pelak lagi aku menahan semua ini dalam hatiku.
Tapi
aku masih yakin dan percaya, Tuhan, Engkau telah menyiapkan sesuatu yang indah
untukku.
Aku
yakin....
0 komentar:
Posting Komentar