Berbulan
ke belakang saya terus membunuh waktu saya memikirkan apa yang terjadi di sana,
apa saya termasuk yang mati? Namun, tentu saya tak hanya berdesakkan dengan
angan-angan; yang manis maupun yang pahit. Tidur malam saya hampir tak pernah
tenang. Asam-manis tiap-tiap “senjata perang” sudah saya siapkan, insyaAllah
sudah semampu otak saya menahan, setidaknya bila pun nanti kabar paling buruk
mendarat di pendengaran saya, mudah-mudahan saya mampu berlapang dada.
Apa
pun, tentu semua orang inginkan yang terbaik di tiap langkahnya. Begitu juga
saya. Harapannya, saya dapat menjadi pemenang, dari ratusan ribu orang yang
sangat beruntung di alam liar, tapi saya tahu Tuhan lebih tahu saya lebih dari
saya sendiri. Saya yang memilih, tapi Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik.
0 komentar:
Posting Komentar