Aku terbangun di tengah malam yang dingin. Masih disekap
mimpi yang menggebu-gebu bercampur dengan rindu yang bertahan bersama egoku.
Semua terasa berjalan cepat, bahkan aku belum siap.
Aku
menatap layar handphone-ku. Ada 4
pesan masuk.
Selamat
tidur, Sayang.
Aku memandangnya datar. Tanpa reaksi.
Mimpi
indah ya, Kesayanganku.
Aku cuma mengukir senyum tipis.
Jangan
lupa, siapkan alat dan bahan untuk percobaan besok. Jangan tertinggal.
Aku tertawa tanpa suara. Tapi, baiklah, aku jadi ingat
besok akan melaksanakan praktikum tentang kandungan-kandungan dalam makanan.
Ah, aku muak beradu dengan teori yang hampir pecahkan kepalaku itu.
Keningku berkerut. Pesan terakhir yang belum kubuka tak
berasal dari daftar kontakku. Mataku membulat. Nomor ini? Aku hafal benar nomor
ini. Bukankah ini nomor orang itu? Sosok yang membayang saat-saat santap pagiku.
Sosok yang merasuk di setiap mimpi malamku. Sosok yang begitu ingin kusentuh
dan kudekap, kembali.
Semburat senyumnya seketika melayang di langit-langit
kamarku. Begitu tenang, cahaya dari matanya menusuk jauh ke palung hatiku yang
mulai membeku. Apa ini mimpi?
Kamu, apa pernah tahu? Perlahan perasaanku layu dan
hampir mati. Bagaimana bisa aku yang dapatkan banyak cinta, lupa rasanya cinta.
Iya, hanya kamu. Kamu ikut mengalir di nadiku dan mendominasi tiap ruang
memoriku. Aku hidup. Tapi rasaku mati; karenamu.
Aku memukul pipiku. Ini, sungguh bukan mimpi? Aku menekan
pesan itu untuk kubuka, perlahan. Dengan gejolak rasa yang sukar kujelaskan,
bahagia mungkin?
Apa
kabar? Maaf ya mengganggu malam-malam.
Sederhana. Seperti aku yang terlalu memujamu dengan
sederhana. Dari kejauhan, diam-diam, tanpa ketahuan. Entahlah mereka menyebut
ini apa. Bagiku, ini bahagia. Bahagiaku, kamu.
2 komentar:
blogwalking..
Nice bgt ini ;)
wah, lagi jatuh cinta yaa .. :)
Sudah di followback yaa ...
Posting Komentar